Ceritanya sudah sekita satu minggu ini saya tinggal di kotrakan teman
untuk persiapan UKDI November nanti. Ada pengalaman yang inspiratif yang saya
temukan ketika setiap kali waktu adzan berkumandang. Ketika tiba di pelataran
masjid baru yang saya kenal, karena masjid kontrakan teman saya cukup jauh dengan
masjid tempat saya kos, sebuah kursi roda sudah terparkir rapi bersama sepeda
lainnya, bahkan bias lebih awal dari pada jamaah yang lain. Satu-dua kali waktu
shalat saya tidak terlalu memperhatikan dengan jelas, karena pikiran saya
paling ada orangtua yang sedang sakit sehingga perlu memakai kursi roda. Ada
yang cukup menarik ketika setiap bers shalat saya perhatikan selalu ada seorang
ibu yang duduk di shaf putera paling belakang sambil memangku anaknya. Ya,
soerang anak dengan usia sekitar 5 tahun tampak sedang asyik berdoa dipangkuan
ibunya. Suatu saat saya terlambat satu rakaat shalat di mesjid, ketika kaki ini
baru satu langkah di depan pinum, hati saya merasa terharu melihat mereka
berdua. Pertama adalah sosok seorang ibu yang dengan elatennya mebopong anaknya
untuk berdiri kemudian membisikan setiap bacan shalat, kedua adalah seorang
anak kecil dengan keterbatasaanya, secara terlintas yang diderita anak tersebut
bukanlah kecacatan karena trauma atau retardasi mental, saya mengira lebih ke
polio atau poliomyelitis-lah yang menjadi penyebabnya, walaupun yang saya
ketahui bahwa penyakit polio sudah lama tereradikasi di Indonesia.
Anak
tersebut nampak serius, mengikuti setiap gerakan imam, sesekali ibunya harus
menahan badan sia anak agar tidak terjatuh. Selesai shalat saya sengaja datang
menghampiri mereka. Saya tersenyum dan mengelus-elus kepala anak itu, ia hanya tersenyum,
apa menampakan rautmuka sedih, perlu dikasihani atau minder. Begitupun dengan
sang ibu yang mengembangkan senyumnya setiap kali bertemu dengan saya. Terus
terang kisah ini menjadi cambuk bagi kita semua, sudahkah kita bersyukur dengan
kondisi kita sekarang? Kita sering mengeluh, putus asa bahkan menolak setiap
takdir yang menimpa kita. Contoh kecil adalah saat kondisi kita sedang sakit.
Terkadang kita tidak bias bersabar dengan cobaan yang Allah berikan ini. Merasa
Allah tidak adail-lh, merasa kita paling menderita tanpa mengambil sikap
positif terhadap ujian Allah tersebut. Takdir yang Allah berikan hanyalah dua
jenis takdir, yakni takdir baik dan takdir buruk. Sakit, gagal ujian, kecelakaan, diberhentikan
bekerja, dll adalah jenis takdir buruk, sedangakan takdir baik adalah
kebalikannya. Allah tidaklah menilai seseorang dari jensi takdir yang ia dapat
tapi dari sikap akhir terhadap takdir yang sudah ia dapat. Contoh pada kasus
tadi diatas, kondisi lumpuh bagi anak dan ibu ini adalah takdir buruk, tapi
mereka sikapi dengan baik, maka yang Allah nilai adalah sikap mereka terhapd
takdir ini. Begitupun ketiak harta melimpah yang disikapi dengan buruk akan
bernilai buruk pula disisi Allah. Jadi sikap kita lah yang menentukan baik
buruknya kita disisi Allah. Sempga Allah mengingatkan kita untuk senantiasa
bersyukur dengan segala kondisi ini. Balik lagi semuanya kepada Allah sebagai
dzat yang Maha atas segala perkara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar