Visi Hidup Kita Haruslah Bervisi Syurga

Rabu, 17 September 2014

Penatalaksanaan Epistaksis Anterior


Oleh: Hendri Okarisman, S.ked
ABSTRAK
Epistaksis atau perdarahan pada hidung dapat disebabkan kelainan lokal dan juga sistemik. Penyebab lokal meliputi trauma hidung (mengorek hidung, terjatuh, terpukul dll), infeksi hidung dan sinus paranasal (rhinitis, sinusitis, dll), tumor, pengaruh lingkungan, benda asing dan idiopatik. Sedangkan penyebab sistemik meliputi: penyakit kardiovaskular (hipertensi), kelainan darah (trombositopenia), infeksi sistemik (DBD, morbilli, demam tifoid dll), gangguan endokrin dan kelainan congenital. Pendarahan epistaksis anterior berasal dari pleksus Kiesselbach atau dari arteri etmoidalis anterior. Terdapat hubungan antara epistaksis dengan hipertensi yang berlangsung lama. Hipertensi diduga tidak menyebabkan epistaksis secara langsung tapi memperberat episode epistaksis. Setelah dilakukan pemeriksaan rhinoskopi anterior dan ditetapakan adanya epistaksis anterior dan darah tidak berhenti setelah dilakukan penekanan, bisa dilakukan pemasangan tampon anterior.
Keywords: Epistaksis anterior, hipertensi, tampon anterior

ISI
Seorang pasien wanita 71 tahun datang ke IGD RSUD Temanggung tanggal 6 Mei 2013 jam 08.30 dengan keluhan utama hidung mimisan sejak 1 jam SMRS. Mimisan keluar darah segar dari hidung sebelah kanan, secara tiba-tiba, ngocor terus menerus tidak berhenti. Pasien merasa pusing dan kemeng-kemeng di tengkuk sejak siang hari (6 jam SMRS), Pasien memiliki riwayat darah tinggi dengan riwayat pengobatan tidak terkontrol. Adanya mual, muntah dan demam disangkal pasien. Pasien tidak pernah mimisan sebelum-sebelumnya, serta menyangkal adanya riwayat trauma hidung (mengorek-ngorek lubang hidung) atau masuknya benda asing ke dalam hidung serta menyangkal adanya riwayat penyakit di hidung (sinusistis, rhinitis, dll). Pasien juga tidak memiliki riwayat penyakit gula darah sebelumnya.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum cukup, kesadaran compos mentis. Pemeriksaan vital sign tekanan darah 240/120 mmHg, nadi 84 x/menit (isi dan tegangan cukup), respirasi 22 x/menit, suhu 36,0o C. Pemeriksaan status lokalis THT: Deviasi hidung (-), depresi tulang hidung (-), krepitasi tulang hidung (-),  Rhinoskopi anterior vestibulum nasi dekstra tidak bisa dinilai karena tertutupi aliran darah yang keluar. Rhinoskopi anterior Vestibulum nasi sinistra: kelainan anatomi hidung (-),  pembesaran konka (-), edema mukosa (-).


DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja           : Epistaksis anterior et causa hipertensi

TERAPI
Menghentikan pendarahan:
dihentikan dengan cara menekan hidung luar 10-15 menit. Jika tidak berhasil lakukan pemasangan tampon anterior menggunakan kasa yang diberi pelumas vaselin atau antibiotic. Tampon dimasukan 2-4 buah dan diusahakan menekan daerah perdarahan. Tampon dipertahankan 2x24 jam. Jika pasien dengan hipertensi lakukan pengobatan sesuai stadium hipertensi. Selama 2x24 jam dilakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab perdarahan.
1.      Tampon kasa + efedrin
2.      Kalnex injeksi 3x500
3.      Ceftriaxon 1x1 gr
Mengendalikan Hipertensi (240/120mmHg)
1.      Captopril 3x25 mg
2.      Diltiazem 3x30 mg
3.      Nifedipin 1x10 mg (sublingual)

DISKUSI
Epistaksis atau perdarahan pada hidung dapat disebabkan kelainan lokal dan juga sistemik. Penyebab lokal meliputi trauma hidung (mengorek hidung, terjatuh, terpukul dll), infeksi hidung dan sinus paranasal (rhinitis, sinusitis, dll), tumor, pengaruh lingkungan, benda asing dan idiopatik. Sedangkan penyebab sistemik meliputi: penyakit kardiovaskular (hipertensi), kelainan darah (trombositopenia), infeksi sistemik (DBD, morbilli, demam tifoid dll), gangguan endokrin dan kelainan congenital. Pendarahan epistaksis anterior berasal dari pleksus Kiesselbach atau dari arteri etmoidalis anterior. Terdapat hubungan antara epistaksis dengan hipertensi yang berlangsung lama. Hipertensi diduga tidak menyebabkan epistaksis secara langsung tapi memperberat episode epistaksis.
Keterkaitan antara epistaksis dan hipertensi masih menjadi suatu hal yang controversial. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa perubahan endotel pembuluh darah pada orang hipertensi dapat menjadi faktor resiko epistkasis. Hipertensi dapat menjadi pemberat epistaksis jika sebelumnya ditemukan lesi lokal di hidung yang menyebabkan stagnasi aliran pembuluh darah seperti infeksi, atau penyebab lain yang menyebabkan rapuhnya dinding endotel pembuluh darah. Penelitian yang dilakukan herkner dari 213 orang pasien yang datang ke unit gawat darurat dengan epistaksis mempunyai tekanan darah sistolik rata-rata 161 (157-165)mmHg, dan diastolic 84 (82-86)mmHg.
Teori remodeling vaskuler adalah suatu proses adaptif sebagai respon terhadap perubahan kronik pada kondisi hemodinamik atau faktor hormonal. Substansi vasoaktif dapat meregulasi homeostasis vaskuler melalui efek jangka pendek pada tonus vaskuler dan efek jangka panjang pada struktur vaskuler. Pada hipertensi terjadi perubahan struktur pembuluh darah, sebagai tanggapan terhadap peningkatan tekanan arterial. Dengan perubahan struktur pembuluh darah tersebut maka kerusakan vaskuler akibat hipertensi dapat terjadi. Kerusakan tersebut meliputi: pelebaran pembuluh darah , hilangnya sel vaskuler akibat aneurisma, pengurangan masa aliran pembuluh darah, berbahnya struktur dari vasa darah. Perubahan-perubahan pada pembuluh darah tersebut beresiko terjadinya epistaksis.
Terdapat dua hipotesis yang menerangkan keterkaitan antara epistaksis dengan hipertensi: (1) Pasien dengan hipertensi yang lama memilki kerusakan pembuluh darah yang kronis, hal ini beresiko terjadi epistaksis terutama pada kenaikan tekanan darah yang abnormal. (2) Pasien epistaksis dengan hipertensi cenderung mengalami perdarahan berulang pada bagian hidung yang kaya dengan persyarafan autonom yaitu bagian pertengahan posterior dan bagian diantara konka media dan konka inferior.


KESIMPULAN

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik (rhinoskopi anterior) pasien dalam kasus ini mengalami epistaksis anterior et casusa hipertensi. Hipertensi memiliki hubungan sebagai penyebab sistemik penyakit kardivaskular yang menyebabkan epistaksis. Terapi yang dilakukan berupa penanganan menghentikan pendarahan dengan tampon anterior serta pemberian obat penurun hipertensi.

REFERENSI
Arsyad Soepardi, E, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Jakarta; Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Adams, Boies, Higler. 1997. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta; EGC
Charles R and Corrigan E, Epistaxis and Hypertension. Postgraduet Medical Jurnal Bristol General Hospital May 53, 260-261
Jaka Budiman, B. 2011. Epistaksis dan Hipertensi. Bagian Ilmu Kesehatan Hidung Tenggorok Bedah kepala Leher. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

PENULIS
Hendri Okarisman, S.Ked. Bagian Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok RSUD Temanggung Jawa Tengah. 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar