Visi Hidup Kita Haruslah Bervisi Syurga

Rabu, 24 September 2014

Takdir Baik dan Takdir Buruk



Ceritanya sudah sekita satu minggu ini saya tinggal di kotrakan teman untuk persiapan UKDI November nanti. Ada pengalaman yang inspiratif yang saya temukan ketika setiap kali waktu adzan berkumandang. Ketika tiba di pelataran masjid baru yang saya kenal, karena masjid kontrakan teman saya cukup jauh dengan masjid tempat saya kos, sebuah kursi roda sudah terparkir rapi bersama sepeda lainnya, bahkan bias lebih awal dari pada jamaah yang lain. Satu-dua kali waktu shalat saya tidak terlalu memperhatikan dengan jelas, karena pikiran saya paling ada orangtua yang sedang sakit sehingga perlu memakai kursi roda. Ada yang cukup menarik ketika setiap bers shalat saya perhatikan selalu ada seorang ibu yang duduk di shaf putera paling belakang sambil memangku anaknya. Ya, soerang anak dengan usia sekitar 5 tahun tampak sedang asyik berdoa dipangkuan ibunya. Suatu saat saya terlambat satu rakaat shalat di mesjid, ketika kaki ini baru satu langkah di depan pinum, hati saya merasa terharu melihat mereka berdua. Pertama adalah sosok seorang ibu yang dengan elatennya mebopong anaknya untuk berdiri kemudian membisikan setiap bacan shalat, kedua adalah seorang anak kecil dengan keterbatasaanya, secara terlintas yang diderita anak tersebut bukanlah kecacatan karena trauma atau retardasi mental, saya mengira lebih ke polio atau poliomyelitis-lah yang menjadi penyebabnya, walaupun yang saya ketahui bahwa penyakit polio sudah lama tereradikasi di Indonesia. 
Anak tersebut nampak serius, mengikuti setiap gerakan imam, sesekali ibunya harus menahan badan sia anak agar tidak terjatuh. Selesai shalat saya sengaja datang menghampiri mereka. Saya tersenyum dan mengelus-elus kepala anak itu, ia hanya tersenyum, apa menampakan rautmuka sedih, perlu dikasihani atau minder. Begitupun dengan sang ibu yang mengembangkan senyumnya setiap kali bertemu dengan saya. Terus terang kisah ini menjadi cambuk bagi kita semua, sudahkah kita bersyukur dengan kondisi kita sekarang? Kita sering mengeluh, putus asa bahkan menolak setiap takdir yang menimpa kita. Contoh kecil adalah saat kondisi kita sedang sakit. Terkadang kita tidak bias bersabar dengan cobaan yang Allah berikan ini. Merasa Allah tidak adail-lh, merasa kita paling menderita tanpa mengambil sikap positif terhadap ujian Allah tersebut. Takdir yang Allah berikan hanyalah dua jenis takdir, yakni takdir baik dan takdir buruk.  Sakit, gagal ujian, kecelakaan, diberhentikan bekerja, dll adalah jenis takdir buruk, sedangakan takdir baik adalah kebalikannya. Allah tidaklah menilai seseorang dari jensi takdir yang ia dapat tapi dari sikap akhir terhadap takdir yang sudah ia dapat. Contoh pada kasus tadi diatas, kondisi lumpuh bagi anak dan ibu ini adalah takdir buruk, tapi mereka sikapi dengan baik, maka yang Allah nilai adalah sikap mereka terhapd takdir ini. Begitupun ketiak harta melimpah yang disikapi dengan buruk akan bernilai buruk pula disisi Allah. Jadi sikap kita lah yang menentukan baik buruknya kita disisi Allah. Sempga Allah mengingatkan kita untuk senantiasa bersyukur dengan segala kondisi ini. Balik lagi semuanya kepada Allah sebagai dzat yang Maha atas segala perkara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar